Dekranasda NTT Dukung Pelaku UMKM Goes Digital


Dekranasda NTT sudah menunjukkan eksistensinya mendukung para pelaku UMKM di NTT. Kini, Dekranasda NTT mendukung penggunaan QRIS sebagai model pembayaran digital yang pelan-pelan harus diikuti oleh para pelaku UMKM.

Ketua Dekranasda Provinsi NTT, Julie Sutrisno Laiskodat menyampaikan, NTT memang masih berada di tahap awal untuk pengenalan digitalisasi. Melihat banyaknya potensi NTT, tenun NTT tentu harus Goes Digital.

Berbicara mengenai Goes Digital, kata Julie, tentu saja harus diperhatikan pangsa pasar. Oleh karena itu, kehadiran jaringan dan nama besar Bank Indonesia tentu saja dimanfaatkan oleh Julie untuk membantu memasarkan tenun NTT  ini termasuk Goes Digital.

“Dengan adanya kemitraan dengan BI dan bank lainnya juga, orang yang berbelanja sudah cashless sehingga QRIS bisa menjadi demand yang dibutuhkan untuk itu,” katanya dalam Talkshow UMKM Tenun Goes Digital di Exotic Tenun Fest 2021 hari ke dua, Selasa (23/3/2021).

Dekranasda NTT adalah toko oleh-oleh yang sudah memperoleh sertifikasi ISO 9001:2015, karena inovasi tim Dekranasda NTT untuk membuat Dekranasda NTT menjadi department store dan one stop shopping. Segala produk, baik tenun, kerajinan, aksesori, kuliner, bisa ditemukan di Dekranasda NTT.

Kata Julie, toko Dekranasda NTT dibuka 365 hari dari jam 8 pagi sampai 8 malam, dengan wifi gratis, boleh nongkrong di kafe Dekranasda dan bisa belanja semua produk unggulan dari tiap kabupaten/kota. Lantai dua menjadi tempat untuk memamerkan baju adat dari seluruh kabupaten/kota di NTT dengan layar televisi yang menjelaskan pariwisata NTT dalam bahasa Indonesia dan Inggris.

“Dekranasda ini seperti one stop shopping of knowing about Nusa Tenggara Timur. Dekranasda sudah mendukung pembayaran menggunakan QRIS ini. Semoga seluruh toko Dekranasda di NTT punya toko seperti di Kota Kupang sehingga memiliki fasilitas itu. Apalagi, pariwisata menjadi prime mover perekonomian,” ujarnya.

Namun, tidak hanya mendukung pembayaran digital, Julie ingin memberitahukan kenyataan yang dihadapi yaitu kendala yang UMKM hadapi sesuai dengan kondisi di daerah masing-masing. Julie ingin agar UMKM dapat menyampaikan potensi dan kekurangan tiap UMKM itu.

Namun, karena berada di pelosok, mereka tidak memiliki jaringan untuk mengatasi kendala mereka. Oleh karena itu, Julie berharap BI bisa memberikan alternatif pembayaran selain QRIS. Apalagi, permasalahan ini sering dihadapi di hulu, bukan hilir.

Menurut Julie, belanja daring juga masih mengalami kendala karena beberapa anggapan konvensional bahwa berbelanja langsung tentu akan mendapatkan pengalaman belanja yang lebih menarik, diantaranya tawar menawar dan melihat/memegang barang secara langsung.

Mengatasi hal itu, Julie menilai bahwa kualitas dan harga tentu harus dijaga. Itulah yang menjadi patokan bagi penjual sehingga orang tidak kecewa.

Sering terjadi pembeli ingin yang niatnya membeli tenun ikat, tapi barang yang diterima justru hasil cetak atau printing. Berikutnya tentangg harga. Tentu saja BI dan Dekranassa memiliki tanggung jawab untuk menjaga agar harga dan kualitas produk yang dibeli dengan QRIS nantinya dalam sistem belanja daring ini tetap terjaga.

Dia mengaku, tenun NTT memang telah beberapa kali dibawa ke ajang Fashion Week di luar negeri. Namun, Julie juga mengalami kendala. Ketika dia mengambil show tunggal, orang-orang ingin membeli tenun yang dipamerkan. Tapi, Julie wawas diri.

Menurutnya, ketika telah melakukan MoU, tentunya harus diperhatikan kontinuitas motif yang dipakai, apakah penenun siap atau tidak dengan keadaan itu. Berikutnya, ada brand ternama yang membutuhkan tenun gulungan, bukan tenun per biji karena akan terbuang banyak.

“Kalau gulunga itu printing. Tapi, tenun is not only tenun as fashion, but is also art. Seni. Sehingga tidak bisa gulungan seperti itu,” tegasnya.

“NTT bisa terkenal karena nilai cerita dibalik motif itu. Makanya motif itu saya larang penenun atau desainer ubah motifnya. Warnanya boleh fleksibel, tapi motif tidak boleh. Printing mematikan penghasilan mama mama penenun di NTT. Itu kill them,” sambung Julie lagi.

Dia menegaskan,  UMKM dan pelaku UMKM bisa menghubungi dekranasda untuk memberitahu potensi dan kendala dalam pengembangan produk unggulan mereka. Sehingga nantinya Dekranasda bisa melakukan pembinaan dan fasilitasi supaya sesuai standar. Jika sudah tahu produknya apa, maka dilanjutkan pada kontrol kualitas.

“Jadi jangan bilang untuk buka pangsa pasar dulu. Karena pangsa pasar itu kita harus tahu apa yang mereka butuhkan. Jangan buat sesuatu tanpa koordinasi dengan kami,” jelas Julie.

Setelah itu, produk UMKM itu harus wajib ada di toko Dekranasda dan e-katalog. Dia pun memberikan nomornya melalui 08111491526 agar pelaku UMKM bisa menghubunginya berdiskusi tentang pengembangan UMKM.

“Jadi saya belum tahu kalian bikin apa di NTT. Tolong beri tahu kami, kita duduk diskusi,” pintanya.

Sumber : Tribun

QFS Indonesia merupakan salah satu Badan Sertifikasi ISO, Akan membantu Bisnis dan Organisasi Anda dalam menerapkan dan tersertifikasi ISO dengan proses mudah

Mau Proses Sertifikat ISO dengan Proses Mudah, Valid Absah Plus bisa dapat Dokumen Pendukung ISO serta Pelatihan ISO ?
Untuk lebih lanjut, silahkan hubungi kami.